Teori dan Bude Jum
Bias imaji
adalah bude jum penjual gudeg,
Setiap pagi
menyiapkan gudeg, tempe bacem, krecek dagangan utamanya dengan hati-hati dan
penghayatan seolah hendak menyiapkan makanan untuk anaknya sendiri.
Mengenai langganan,
bude jum sudah hapal , mas minto biasanya pesen gudeg tanpa krecek , sebelum
jam kerja di kelurahan. Mba Sri kadang pesen Cuma telor bacemnya saja buat
nemenin bekel nasi bakal sarapan di klinik giginya. Mas anggi yang fungsionaris
pemuda pasar biasanya Cuma minta kopi sambil ngobrol masalah konspirasi
kemakmuran dan kudeta hati.semuanya dilayani bude tanpa perbedaan.
Mas jiyo, adam, mba
wanty dan masih banyak lagi pelanggan loyalis bude jum karena bude jum
juga tidak pelit2 nambahin posrinya walau sering hanya suwiran daging ayam.
Perlu dicermati
bahwa pada ahirnya semua transaksi diakhiri dengan ,,”matur nuwun
bude”,,ditanggapi pula oleh bude jum, nggih mas , maturnuwun, …
Dilain lokasi
berdiri dengan kokoh lembaga pendidikan, mahasiswa mahasiswi nan cantik2 ,
pengagum samuelson, luca paciolo, adam smith, sedang mambahas suatu kajian baru
seraya berdenyut2 urat kepala mereka mencoba memahami lika liku teori demi
teori menganai service excellence, kendali mutu, bina lingkungan.
Dimana titik temunya
Apa yang
tertata dalam nama nama teori tersebut , sebenarnya telah nyata dilakukan dan
dihayati oleh budejum.melayani pelanggan dengan mengedepankan kualitas dagangan
serta mengenali kemauan konsumen, ujung ujungnya, rasa nyaman dari konsumen
melebihi cita rasa gudeg depan terminal itu sendiri. Sizler, Boplo lewat….
Bahwa ternyata bude
jum sendiri tidak sadar, metodologi jualannyaselama ini merupakan pembumian
teori service excellence dan kendali mutu, sementara kopi gratisan buat para
penjaga pasar bisa diklasifikasikan sebagai bina lingkungan, corporate social
responsibility suatu konsep yang mungkin sekali asing bagi pegel-pengusaha
golongan ekonomi lemah macam bude jum.
Seringkali suatu regulasi menyandang nilai nilai Nampak baru,
dan pada kenyataannya nilai nilai tersebut telah diamalkan dam perilaku
keseharian industri setempat, Jadi sesuatu hal yang baru belum tentu memilki
nilai plus dari yang sudah berlaku, hanya perlu penataan ulang dan kejujuran
untuk melaksanakannya, terutama dari para penyusun regulasi, untuk memajukan ekonomi
kerakyatan, lebih dari sekedar ekslusifitas ke bolehan dan ketidakbolehan …